KasihanBangsa. Puisi Indonesia Menangis. #1. Negaraku. #2. Bumi Kita. Hukum Rimba Itu Hukum Negeriku. Penutup. Puisi Indonesia - Berbicara tentang Indonesia, tidak hanya menceritakan tentang keindahannya, kekayaan sumber daya alamnya, kesuburan tanahnya, keramahan penduduknya. Berikut ini adalah puisi tentang bencana alam banjir dengan judul puisi banjir 4 bait. bagaimana cerita puisi bencana banjir dalam bait puisi tentang banjir yang dipublikasikan berkas bercerita seperti puisi tentang banjir 3 bait 4 baris atau puisi tentang banjir di desa ataukah berkisah seperti puisi sedih tentang kerusakan alam atau syair bencana lebih jelasnya puisi tentang banjir 4 bait disimak saja puisinya dibawah ini agar mengerti arti puisi banjir dan Panji BhuanaAir yang tumpah dari tempayan langitMembasahi bumi beranak kali membukitAdalah air yang kau mintakan di saat sulitKetika bumi kering kerontang rekah telentang sakitSeharusnya kita jaga kelestarian alamKetika ia datang memenuhi undangan salamSehingga air tidak membentangMenjadi banjir yang membuat gamangIklim dan cuaca yang terbacaDalam tahun-tahun sepanjang masaBukankah kita sudah faham akan kehadirannyaMengapa mengabaikan selaksa kabar beritaWaktu yang bergeserTerlukis dalam parameterHanya kelalaian tumpah berember-emberMembentang samudra di air meluberBekasi, 21 Pebruari 2021 Buatlahsebuah puisi tentang keindahan alam jam di Indonesia! Jawaban. Berikut ini merupakan contoh beberapa puisi yang berisikan alam Indonesia yang indah. 1. Alamku. Kemanapun aku pergi. Akan mendatangkan sebuah bencana. 19. Subur Makmur. Dan hujan pun turun berderai. Membasahi ranting-ranting. Dedaunan terlihat segar. Bermandikan air hujan. Ingin mengungkapkan keprihatinan dan kesedihanmu dengan menulis puisi tentang bencana alam? Kalau bingung dan sedang mencari inspirasi, kamu menemukan tempat yang tepat. Di sini, kamu bisa membaca beberapa contohnya yang tak hanya menginspirasi, tapi juga bisa membuatmu terenyuh. Langsung saja dibaca, yuk! Selain pantun, puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang biasanya digunakan untuk mencurahkan isi pikiran dan perasaan penulisnya. Ada banyak hal yang bisa ditulis menjadi puisi, baik itu tentang cinta, hobi, keadaan alam, dan masih banyak lagi. Nah dalam artikel ini, kamu akan membaca beberapa contoh puisi tentang bencana saudara-saudara kita di daerah lain mengalami bencana, apa yang biasa kamu lakukan? Tentu saja kamu akan memberikan bantuan baik materi maupun logistik, kan? Nah, tak hanya itu, kamu pun bisa memberi dukungan moril dengan mengungkapkan keprihatinan dan kesedihanmu dengan menulis sebuah masih bingung cara untuk menuangkan pikiranmu dalam sebuah puisi, kamu bisa membaca contoh-contohnya di sini. Siapa tahu setelah membacanya, kamu akan seperti apakah puisi tentang bencana alam tersebut? Kamu pastinya makin penasaran, kan? Daripada kelamaan, mending kamu langsung simak saja selengkapnya di bawah ini, ya! Selamat membaca! 1. Kamu di Mana? Akhirnya berita itu sampai kepada saya Gelombang tsunami setinggi 23 meter melanda rumahmu. Yang tersisa hanya puing-puing belaka. Di mana kamu, De’Na? Sia-sia teleponku mencarimu. Bagaimana kamu, Aceh? Di TV kulihat mayat-mayat yang bergelimpangan di jalan. Kota dan desa-desa berantakan. Alam yang murka manusia-manusia terdera dan sengsara. Di mana kamu, De’Na? Ketika tsunami melanda rumahmu, apakah kamu lagi bersenam pagi? dan ibumu yang janda lagi membersihkan kamar mandi? De’Na, kita tak punya pilihan untuk hidup dan mati. Namun untuk yang hidup kehilangan dan kematian selalu menimbulkan kesedihan. Kecuali kesedihan, selalu ada pertanyaan kenapa hal itu mesti terjadi dengan akibat yang menimpa kita? Memang ada kedaulatan manusia, De’Na. Tetapi lebih dulu sudah ada daulat alam. Dan kini kesedihanku yang dalam membentur daulat alam. Pertanyaanku tentang nasib ini merayap mengitari alam gaib yang sepi. De’Na! De’Na! Kini kamu menjadi bagian misteri yang gelap dan sunyi. Hidupku terasa rapuh oleh duka, amarah, dan rasa lumpuh. Tanpa kejernihan dalam kehidupan bagaimana manusia bisa berdamai dengan kematian? De’Na, hatiku menjerit pilu. Di mana kamu? Bagaimana kamu? Yang tak bisa kutolak dalam bayangan, meski mataku terbuka atau terpejam, adalah gambaran orang banyak berlarian, dikejar gelombang 23 meter tingginya. Dan lalu gempa yang menenggelamkan gedung-gedung tinggi, membelah jalan raya, menjadi jurang menganga. Ribuan manusia menjadi sampah dalam badai. Kedahsyatan daulat alam, De’Na! Bukan sekedar kematian! Inilah yang membuat aku gemetaran! Tanpa menyadari ini apakah arti kebudayaan? Apakah pula arti puisi? Hidup dan segala usaha manusia barulah berarti dan nyata bila ia menyadari batas kemampuannya. De’Na, apakah sekarang kamu lagi tersenyum membaca sajakku semacam ini? Rendra, Di Mana Kamu De’Na? Apakah kamu masih ingat tentang bencana tsunami dahsyat yang terjadi di Aceh pada tahun 2004 silam? Gelombang tsunami dengan tinggi mencapai 30 meter itu mampu memporak-porandakan rumah-rumah hingga rata dengan tanah dan menelan ratusan ribu korban jiwa. Nah, puisi tentang bencana alam karya Rendra di atas dibuat untuk mengenang musibah tersebut. Saat membaca puisinya, mungkin akan membuat hatimu miris dan sedih. Ketika membayangkan seseorang yang dikasihi menjadi korban keganasan alam, kamu mungkin hanya bisa pasrah karena tidak bisa berbuat apa-apa. Memang, tak ada yang kuasa menolak kemalangan. Pada akhirnya, kamu pun harus merelakan takdirnya untuk kembali bersama Sang Pencipta. 2. Berusaha Tabah Angin diam tak ingin mengusik keheningan candra pun enggan mencipta bayangan dipilihnya persembunyian dibalik awan paling tebal agar tak sedikitpun biasnya tertinggal Tak satu serangga pun bersuara meski sekadar untuk bersendawa senyap sungguh malam ini adanya aku pun tak sedang ingin bercanda…aku berduka! Belum habis kesedihan, datang kemalangan bencana terus mencoba-coba keimanan memisahkan kekasih dan keluarga seketika mencipta rintih tangis memilu menoreh luka Justru di saat berharap khusyuk mengisi Ramadhan bertubi Kau perlihatkan tantangan ketaqwaan ditengah kebakaran padat hunian diantara asap hutan menyesakkan di kepanikan gempa menakutkan sungguh ujian yang berat dijalankan… Masih dalam kesedihan mendalam semoga mereka mampu bertahan bertahan dari guncangan batin dan siksaan badan bertahan meneguh hati menerima cobaan bertahan…hingga mendulang nikmat di ujung Ramadhan Iga Mawarni, Cobaan Puisi tentang bencana alam ini ditulis sebagai wujud keprihatinan atas banyaknya bencana yang terjadi di Indonesia pada tahun 2009 lalu. Musibah besar diawali dengan tragedi jebolnya Bendungan Situ Gintung yang terjadi pada bulan April 2009 di daerah Jawa Barat. Kejadian tersebut menewaskan lebih dari seratus orang, puluhan orang hilang, dan puluhan rumah rusak berat. Beberapa bulan kemudian, tanah air kembali diguncang gempa yang menewaskan ribuan orang di Kota Tasikmalaya dan Padang yang terjadi hampir bersamaan. Terlebih lagi, para umat muslim tengah menjalankan ibadah Ramadhan dan menanti hari kemenangan pada waktu itu. Sehingga, bagi mereka yang selamat harus merayakan lebaran dalam kesedihan. Alam kalau sudah murka memang semengerikan itu, ya? 3. Alam pun Kecewa Alam semakin menegur kerja Memaki setiap nafas yang ada Mengadu pada sang pencipta Meregang dengan ketidakmampuan menyapa Terdiam dan hanya mampu melihat saja Buah kerja sang perusak alam Menyakiti jantung dan tepian kelam Mencoba menanggung setiap beban kejam Hanya karena manusia yang tak cinta alam Selalu geram dan geram Namun hanya bisa terdiam Lingkungan ikut menangis Melihat semuanya terkikis Menanti turunnya gerimis Menjadikan semuanya habis Alam dan lingkungan kini bersedih Tak ingin terjadi lagi tetapi semakin berlebih Alam dan lingkungan kini bermuram durja Tak ingin kembali luka meski sepertinya selalu saja Amma O’Chem, Ketika Alam Menangis Apa yang ada di benakmu saat membaca puisi tentang bencana alam di atas? Bisa jadi kamu berpikiran bahwa bencana alam terjadi karena alam ingin menegur perlakuan manusia yang semena-mena terhadapnya. Beberapa contohnya adalah penggundulan hutan, pengerukan barang tambang semaunya, membuang sampah plastik sembarang, dan masih banyak lagi. Tanpa disadari, mungkin kamu juga berkontribusi atas kemarahan alam. Nah, lewat puisi tentang bencana alam di atas, kamu diingatkan untuk menjaga kelestarian alam. Kamu bisa memulai langkah kecil dari dirimu sendiri, misalnya saja dengan membuang sampah di tempatnya. Lama-kelamaan, siapa tahu perbuatanmu itu akan menjadi contoh bagi orang-orang terdekatmu yang masih acuh terhadap lingkungan. 4. Belum Cukup Kenal Selalu kukira aku mengenalmu tapi ternyata belum Ketika kurasa kau tidur gedung runtuh mendadak surau dan sekolah terbelah Ketika kau gerakkan tangan untuk sekadar menggeliat dan ribuan orang berlarian ke sawah dan bebukitan bayi menangis, ibu menjerit Aku kerap merasa bisa memahamimu tapi kukira tidak Ketika kau menguap gemuruh bergelora air tinggi bergulung-gulung lalu berayun-ayun perahu menghempas pantai dan batang kelapa menenggelamkan pasir merendam jalan-jalan tepian Kini kutahu aku harus terus membacamu tiap-tiap huruf dalam buku serta hela nafas dan gerakmu karena kami bukan apa-apa sebatas debu dalam gurunmu Hendy Ch Bangun, Bencana Tidak ada seorang pun yang tahu tentang kapan datangnya sebuah bencana, salah satu contohnya adalah gempa. Keadaan yang semula tenang dan terlihat biasa saja, tiba-tiba akan langsung membuat gempar ketika musibah datang. Orang-orang dengan panik akan berusaha untuk menyelamatkan diri dan orang-orang yang dicintai dengan mengungsi ke tempat yang lebih aman. Memang, di Indonesia sudah ada sebuah lembaga yang mampu melacak gempa dan potensi yang mengikutinya, yaitu Badan Meterologi dan Geofisika BMG. Namun tentu saja, bencana bisa datang lebih cepat dari yang diduga. Dan, sebagai manusia hanya bisa pasrah dan berserah saat itu semua terjadi karena jika dibanding dengan alam, manusia tidak ada apa-apanya. Kira-kira seperti itulah isi dadi puisi tentang bencana alam karya Hendy Bangun ini. Baca juga Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar yang Sangat Populer dan Melegenda 5. Alam Bergejolak Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan dan meluncur lewat sela-sela jari kita Ada sesuatu yang mulanya tidak begitu jelas tapi kita kini mulai merindukannya Kita saksikan udara abu-abu warnanya Kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya Burung-burung kecil tak lagi berkicau pergi hari Hutan kehilangan ranting Ranting kehilangan daun Daun kehilangan dahan Dahan kehilangan hutan Kita saksikan zat asam didesak asam arang dan karbon dioksida itu menggilas paru-paru Kita saksikan Gunung membawa abu Abu membawa batu Batu membawa lindu Lindu membawa longsor Longsor membawa air Air membawa banjir Banjir air mata Kita telah saksikan seribu tanda-tanda Bisakah kita membaca tanda-tanda? Allah Kami telah membaca gempa Kami telah disapu banjir Kami telah dihalau api dan hama Kami telah dihujani api dan batu Allah Ampunilah dosa-dosa kami Beri kami kearifan membaca tanda-tanda Karena ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan akan meluncur lewat sela-sela jari Karena ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas tapi kini kami mulai merindukannya Taufiq Ismail, Membaca Tanda-Tanda Apa yang kamu pikirkan saat membaca puisi tentang bencana alam karya salah satu penyair legendaris Indonesia, Taufiq Ismail di atas? Mungkinkah hatimu dibuat terenyuh saat membacanya? Nah, melalui ini, penyair ingin mengajakmu untuk lebih peka dengan tanda-tanda kerusakan alam yang semakin lama semakin memprihatinkan. Alam yang dulunya asri, kini keadaannya menjadi memprihatinkan karena ulah keserakahan manusia. Salah satu contoh nyatanya adalah penggundulan hutan akibat penebangan liar. Dampak yang ditimbulkan pun tidak main-main, di antara adalah banjir, longsor, kehilangan flora dan fauna langka, dan masih banyak lagi. Semoga manusia segera menyadari hal tersebut karena alam sudah sering menunjukkan gejala-gejalanya, sebelum semuanya semakin terlambat. Baca juga Yuk, Baca Pantun Teka-Teki Ini dan Cobalah Tebak Maknanya! 6. Ketulusan untuk Membantu Manakala bencana melanda dan kau masih sibuk nyinyir ke sana ke mari, tak peduli yang kesakitan, meraung-raung dalam duka, tak peduli kau, maka kau tentulah hanya daging berjalan, bukan lagi manusia. Apalagi ketika bencana menghantam dan kau justru senang beroleh kesempatan untuk menohok lawanmu, mengaitkan sikap dirinya dengan bencana yang datang, memprovokasi masyarakat seolah bencana hadir lantaran salah lawanmu, maka kau tentulah dan pastilah hanya seonggok sampah. Manakala bencana datang marilah bersatu ulurkan tangan bantu sesama dan bukannya justru jadikan bencana sarana menghina dan menista. Berty Sinaulan, Manakala Kamu mungkin masih ingat mengenai bencana gempa bumi dahsyat yang mengguncang Lombok pada bulan Juli 2018. Gempa berkekuatan 6,4 skala richter itu bahkan juga sampai dirasakan sampai ke Bali dan Banyuwangi. Akibat musibah tersebut, ratusan orang meninggal dunia dan puluhan ribu rumah rusak berat. Namun di tengah bencana yang terjadi, ada oknum-oknum tertentu yang malah memanfaatkan situasi tersebut untuk kepentingan pribadi maupun golongan politik tertentu. Malah, ada pula yang mengaitkannya dengan hal yang tidak masuk akal, misalnya seperti mengatakan hal tersebut merupakan sebuah azab. Padahal dalam situasi yang seperti itu, orang-orang harus saling bahu-membahu untuk menolong mereka yang sedang kesusahan, bukan untuk menyalahkan orang atau golongan tertentu. Begitulah kira-kira isi dari puisi tentang bencana alam di atas. Baca juga Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara untuk Menghibur Harimu 7. Tak Dinyana Tak disangka tak dikira Tak sadar dan tak menyadari Negeriku yang tercinta Negeri indah sang surgawi Bumi bergoyang bak penari Bumi bergelombang bak penyanyi Air surgawi menerjang Merusak bumi yang indah Kulihat dan kudengar Kurasa dan kujiwai Rumah dan jalan merebah Sujud kembali kepadaNya Tak disangka tak dikira Tak sadar dan tak menyadari Negeriku yang tercinta Negeri indah sang surgawi Negeri menangis dan meraung Negeri berduka dan merenung Hanya ada satu jalan Bersatu dan bersama Membangun negeri surgawi Menyatu dengan alam Menyatu dengan jiwa Memeluk sang Khalik Kembali ke jalanNya Jalan yang terbaik Untuk negeri surgawi Selamanya hingga akhir zaman. Asrul Sani Abu, Bencana di Negeri Surgawi Jika kamu membaca puisi bencana alam ini, bisa jadi pikiranmu akan langsung tertuju sebuah bencana yang kerap menerjang Indonesia, yaitu tsunami. Mungkin juga, kamu masih ingat bencana tsunami yang terjadi pada penghujung tahun 2018 di Pantai Carita, Jawa Barat. Musibah tersebut menewaskan ratusan orang, termasuk beberapa anggota band Seventeen yang tengah manggung di sebuah acara yang diadakan di pantai tersebut. Takdir seseorang memang tidak ada yang tahu, ya. Karena tidak ada yang bisa memprediksi kapan datangnya sebuah bencana, akhirnya manusia hanya bisa pasrah akan takdirnya. Dengan adanya musibah-musibah tersebut, semoga membuat manusia lebih sadar dan semakin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Baca juga Kumpulan Kata-Kata Pantun Cinta Romantis untuk Pacar, Gebetan, dan Mantan Puisi tentang Alam Manakah yang Paling Membuatmu Terenyuh? Itulah 7 puisi tentang bencana alam yang bisa kamu simak di KepoGaul. Menurutmu, puisi mana yang membuat hatimu teriris pedih saat membacanya? Mungkin juga, setelah membaca beberapa sajak tersebut, kamu pun jadi merasa kecil dan tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan alam. Maka dari itu, sebagai manusia yang diberi akal sudah sepantasnya untuk menjaga alam dan tidak terus-terusan merusaknya. Apa perlu alam dibuat sebegitu marahnya untuk menegur manusia yang masih bersikap acuh ini? Kalau kelestarian alam terjaga, siapa lagi yang akan menikmatinya kalau bukan kita sendiri? Semoga puisi di atas bisa dijadikan bahan renungan, ya! Nah, selain artikel mengenai puisi di atas, tidak ada salahnya kamu membaca artikel lain yang tak kalah menarik di KepoGaul. Salah satunya ada berbagai artikel yang lucu dan bisa membuatmu tertawa terpingkal-pingkal. Untuk kamu para cewek yang menyukai fashion dan makeup, bisa juga, lho, membaca artikel seputar cewek yang informatif abis. Lengkap banget, kan? Makanya, baca terus, ya! PenulisErrisha RestyErrisha Resty, lebih suka dipanggil pakai nama depan daripada nama tengah. Lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang lebih minat nulis daripada ngajar. Suka nonton drama Korea dan mendengarkan BTSpop 24/7. EditorElsa DewintaElsa Dewinta adalah seorang editor di Praktis Media. Wanita yang memiliki passion di dunia content writing ini merupakan lulusan Universitas Sebelas Maret jurusan Public Relations. Baginya, menulis bukanlah bakat, seseorang bisa menjadi penulis hebat karena terbiasa dan mau belajar. Bencanabencana yang Direkam Puisi Esai. Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com. Beberapa minggu ini, bencana dahsyat melanda beberapa bagian dari Indonesia. Setelah Lombok dihajar gempa berkekuatan 7,0 , lalu diselingi beberapa lokasi lain digegarkan gempa-gempa kecil beserta beberapa gunung meletus, yang terakhir adalah Palu dan Donggala
Daftar Isi Pengertian Puisi Struktur Batin Puisi beserta Penjelasannya 1. Tema 2. Perasaan 3. Nada dan Suasana 4. Amanat Berbagai Metode Penyampaian Puisi 1. Membacakan Puisi 2. Deklamasi Puisi 3. Pertunjukan Puisi Contoh Puisi Tentang Alam yang Penuh Makna 1. Sajak Matahari 2. Pancuran 7 Abadi 3. Pengakuan yang Jujur 4. Siapakah 5. Hutan Karet 6. Pantun Terang Bulan di Midwest 7. Pesan Alam 8. Sabana 9. Mentari Pagi 10. Pendakian 11. Sajak-sajak Kecil Tentang Cinta 12. Indahnya Alam Negeri Ini 13. Kicau Burung 14. Melupakan 15. Puisi Alam 16. Bara Hati 17. Sejuk Tenang 18. Bumi 19. Senja 20. Lukisan tentang Langit 21. Laut dan Keindahannya Cara Menulis Puisi tentang Alam 1. Persiapan 2. Inkubasi 3. Iluminasi 4. Verifikasi - Karya seni yang ada di dunia sangatlah beragam wujudnya. Ada yang berbentuk tulisan, gambar atau lukisan, suara, dan masih banyak lagi. Puisi menjadi salah satu karya seni dalam wujud tulisan yang kemudian disampaikan secara lisan. Ada beragam tema puisi yang bisa dibawakan, salah satunya puisi tentang tentang alam berarti segala puisi yang menjelaskan atau menceritakan alam sekitar. Untuk menyampaikan makna atau pesan puisi tentang alam dengan benar, ada sejumlah metode penyampaian dan cara menulis yang perlu diperhatikan. Penasaran apa saja contoh puisi tentang alam beserta metode penyampaian yang bisa digunakan? Berikut artikelnya!Pengertian PuisiMengutip Schmitt dan Viala menyatakan masyarakat Yunani memandang puisi sebagai seni pencipta bahasa yang berbeda dari pemakaian bahasa-sehari-hari. Briolet juga menjelaskan puisi melalui istilah syair yang berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti hasil karya atau benda yang dibangun. Menggabungkan kedua pengertian, dapat disimpulkan puisi adalah salah satu karya sastra yang disusun untuk mengekspresikan ide, gagasan, dan emosi yang dimiliki penyair menggunakan kata-kata indah, melebihi bahasa yang digunakan tiap Batin Puisi beserta PenjelasannyaPuisi memiliki struktur batin yang perlu diperhatikan. Struktur batin sendiri diperlukan sebagai dasar dalam menulis puisi serta pengetahuan pertama terkait karya sastra puisi. Struktur batin puisi meliputi TemaStruktur batin puisi yang eprtama adalah tema, gagasan pokok yang diungkapkan penyair dalam puisinya. Tema berfungsi sebagai landasan utama penyair dalam puisinya yang kemudian menjadi kerangka pengembangan sebuah PerasaanDalam membuat puisi. ekspresi perasaan penyair diperlukan agar karya sastra yang dibuat mampu mewakili perasaan tersebut. Ekspresi yang digunakan beragam, dapat berupa kerinduan, kegelisahan, hingga kekhawatiran. Secara singkat, perasaan berarti ekspresi yang ingin diungkapkan penyair melalui Nada dan SuasanaSelanjutnya adalah nada dan suasana. Nada puisi adalah sikap penyair terhadap pembaca, seperti menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, atau bersikap lugas melalui cerita kepada pembaca. Sementara itu, suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membacakan AmanatStruktur batin terakhir dari puisi adalah amanat, pesan tersirat di balik kata-kata yang tersusun atau tema yang diungkapkan. Penyampaian amanat dapat disampaikan secara sadar atau tidak sadar dalam karyanya. Umumnya, amanat menjadi salah satu hal yang mendorong penyair untuk menciptakan Metode Penyampaian PuisiPuisi apapun, termasuk puisi tentang alam, dapat disampaikan dengan berbagai metode. Metode ini dapat disesuaikan dengan tema puisi yang akan dibawakan. Berbagai metode penyampaian puisi tentang alam menurut buku Bestie Book Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VII, VIII, & X meliputi1. Membacakan PuisiSesuai namanya, membacakan puisi berarti menyampaikan puisi melalui ucapan dengan bahasa lisan. Ketika menggunakan metode ini. teks puisi dapat dibawa ke tempat Deklamasi PuisiMetode penyampaian puisi tentang alam selanjutnya adalah deklamasi puisi. Penyampaiannya sama-sama lisan seperti membacakan puisi, tetapi disampaikan dengan penghayatan dan luapan jiwa yang lebih besar daripada membacakan puisi. Dalam hal ini, teks puisi harus dihafal dan tidak dibawa saat Pertunjukan PuisiPenyampaian puisi dalam bentuk pertunjukkan dibagi menjadi dua, yaitu musikalisasi puisi dan dramatisasi puisi. Musikalisasi puisi berarti puisi diubah menjadi lagu, sedangkan dramatisasi puisi berarti disertai dengan gerakan atau peran tokoh sesuai peristiwa yang terjadi dalam Puisi Tentang Alam yang Penuh MaknaSetelah mengetahui pengertian dan berbagai metode penyampaiannya, berikut ini sejumlah contoh puisi tentang alam yang penuh makna untuk dijadikan referensi1. Sajak MatahariKarya RendraMatahari terbenam atau sunset di Jembrana, Bali. Foto Pantai Baluk Rening menjadi salah satu spot terbaik melihat matahari terbenam atau sunset di Jembrana, Bali. Pantai ini terletak di Desa Baluk, Kecamatan Negara, Jembrana. I Putu Adi BudiastrawanMatahari bangkit dari sanubarikuMenyentuh permukaan samudra keluar dari mulutku, menjadi pelangi di cakrawalaWajahmu keluar dari jidatku, wahai kamu, wanita miskin!Kakimu terbenam di dalam lumpurKamu harapkan beras seperempat gantang, dan di tengah sawah tuan tanah menanammu!Satu juta lelaki gundul keluar dari hutan belantara, tubuh mereka terbalut lumpur dan Kepala mereka berkilatan memantulkan cahaya matahariMata mereka menyala tubuh mereka menjadi bara dan mereka membakar duniaMatahari adalah cakra jingga yang dilepas tangan Sang KrishnaIa menjadi rahmat dan kutukanmu, ya, umat manusia!Penjelasan Puisi karya sastrawan kenamaan Indonesia ini menceritakan lingkungan dan seisinya yang merupakan rahmat Tuhan. Namun bisa berubah jadi bencana dan kutukan tanpa upaya menjaga keseimbangan dengan kepentingan Pancuran 7 AbadiKarya Dede Aditnya SaputraDesir angin sepoi menghembus perlahanBersama nyanyian burung di pucuk dahanAirmu menari-nari dalam nestapaMencairkan luka oleh karena cintaTercium bau yang harum menawanBau harum airmu memecahkan qalbu buanaTahukah kau akan qalbu buana itu?Yaitu qalbu yang dirundung duka dan nestapaOh.. nirwana puncak Gunung SlametKaulah tempat kami mengingat sang KuasaMelepaskan jiwa yang bermuram durjaDan merenungkan masa jayaSelain air terjunmu yang menawanTerdapat mata air panas yang bersahajaMembuat kita bersatu dengan malamApalagi malam Jumat orang JawaTerus lah abadi kau Pancuran ketujuhBersama ke enam Pancuran di bawah sanaPancarkan sinar keemasan dalam air mu!Untuk melupakan rasa sendu yang menggebuPenjelasan Puisi ini menceritakan kebesaran Gunung Slamet dan perasaan ketika berada di puncaknya. Gunung ini mengajak manusia merenungkan kembali perjalanan hidupnya, tidak sombong, dan siap menyongsong masa Pengakuan yang JujurKarya Radius SiburianIlustrasi puisi tentang alam Foto Mokkie/Wikimedia CommonsDi tiap ujung daun menjari tersimpan nada kagumDi tiap bentangan akar bersembunyi nada taatDi tiap pucuk pohon pinus bertunas nada syukurDi tiap ujung paruh burung terselip rasa kagumDi tiap auman fauna terdengar rasa taatDi tiap alat gerak animalia terbekas rasa syukurDi tiap bibir pantai-pantai tercium rasa kagumDi tiap puncak gunung menjulang tersimpan rasa taatDi tiap muara sungai terbentang rasa syukurDi tiap hamparan samudra terbentang nada dan rasaKagum, taat, syukur semua menyanyi kitab Kejadian SempurnaPenjelasan Penyair dalam karyanya ini menjelaskan kebesaran Tuhan melalui ciptanNya dan nikmat yang diterima manusia. Sudah sepantasnya bagi manusia untuk mengucapkan syukur dan taat atas ketentuhan Yang Maha SiapakahKarya Acep Zamzam NoorSiapakah yang menyiramkan hijauKetika puncuk bukit kembali bersemiSiapakah yang menumpahkan biruKetika ombak berkejaran dengan sunyiSiapakah yang menggambari langitDengan kuas sehalus awan pagiSiapakah yang mengukir udaraDengan pahat selentur jemariPenjelasan Penyair dalam karyanya menjelaskan rasa kagum atas alam, yang merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Begitu sempurnanya ciptaan Tuhan sehingga semua terlihat indah dan Hutan KaretKarya Joko PinurboIlustrasi hutan karet. Foto dok. RLUDaun-daun karet di hamparan monyet di kalong menghalau pucuk-pucuk ilalang belalang di semak-semak sebuah jalan kenangan sebelum surya berlalumasih kudengar suara bedug Sastrawan senior ini menceritakan perasaannya dengan mengambil latar hutan karet. Suasana hutan yang ramai suara hewan mengingatkannya pada suatu kenangan tepat di ujung senja menjelang Pantun Terang Bulan di MidwestKarya Taufiq IsmailSebuah bulan sempurnaBersinar agak merahLingkarannya di sanaAwan menggaris bawahSungai MississippiLebar dan keruhBunyi-bunyi sepiAmat gemuruhLadang-ladang jagungRawa-rawa dukanaSerangga mendengungSampaikah suaraCuaca musim gugurBukit membisuAsap yang hancurBiru abu-abuDanau yang di sanaSeribu burung belibisLereng pohon pinaAngin pun gerimisPenjelasan Dalam puisinya, sastrawan Taufiq Ismail menceritakan suasana malam Amerika Serikat di areal sekitar sungai Mississipi. Areal ini kemungkinan adalah lahan pertanian sepi, yang saat itu tengah Pesan AlamKarya Haidi SIlustrasi puisi tentang alam. Foto Andhika-detikcomBencana ini mengajarkan kitaBagaimana rasanya terpenjaraDi tempat yang disebut rumahYang perlahan membuatMungkin kita harus ingatSaat perilaku kita menjeratPenghuni laut udara dan daratAkal dan nurani nyatanya tak saling terikatTuhan melalui alam menyampaikan pesan penuh IlhamMembiarkannya geram sebab dosa tak terpendamPenjelasan Dalam puisi ini, penyair berpendapat bencana sesungguhnya pesan alam pada manusia. Alam diam saja bukan berarti pasrah menerima kelakuan manusia. Balasan diberikan seizin Tuhan saat manusia tak juga berhenti SabanaKarya Umbu Landu ParinggiSabanamemburu fajaryang mengusir bayang-bayangkumenghadang senjayang memanggil petualangsabana sunyidi sini hidupkusebuah gitar tuaseorang lelaki berkudasabana tandus mainkan lagukuharum nafas bundaseorang gembala berpaculapar dan dahagakemarau yang kurindu dibakar mataharihela jiwaku risaukarena kumau lebih cintahunjam aku ke bibir cakrawalaPenjelasan Umbu dalam karyanya menceritakan suasana sabana yang bermandi sinar matahari. Sabana yang luas, panas, dan sepi ternyata bisa sangat dirindukan serta menjadi sumber kehidupan makhluk Mentari PagiKarya Ayu AmandaMatahari Pagi di Bunaken. Foto BonauliCahaya masuk menyapa hangatCerah tapi tak menyengatMatahari mulai terang cutSendu yang tak merapatKicauan burung cantikMenjadi hiasan musikPagi ini terasa menarikTak inginku terusikLembaran baru kan dimulaiBerjalan elok gemulaiTak berharap terleraiKetabahan hati lagi ini teruraiPenjelasan Penulis mengumpamakan matahari yang terbit tiap pagi laksana pembuka berbagai kesempatan dan petualangan. Kehidupan hari itu bisa berjalan baik sesuai rencana, namun ada juga peluang terjadinya ujian dan PendakianKarya Fadhal. MSejauh mata memandangGunung kokoh abadi terpancangDiselimuti kerumunan awanIngin rasanya duduk dari ketinggianLewati hamparan hijau ladang ladangHilangkan semua kepenatan dalam kehidupankaki yang terus melangkah akan rasa penasaranDan mata yang terus memandang ke depanPenjelasan Dalam karyanya, penulis Fadhal menceritakan perasaan ketika mendaki gunung. Rasa lelah seolah terhapus keinginan sampai di puncak, menikmati pemandangan dari puncak, serta rasa lega yang Sajak-sajak Kecil Tentang CintaKarya Sapardi Djoko DamonoIlustrasi puisi tentang alam. Foto CFOTO/Getty Imagesmencintai anginharus menjadi siutmencintai airharus menjadi ricikmencintai gunungharus menjadi terjalmencintai apiharus menjadi jilatmencintai cakrawalaharus menebas jarakmencintai-Muharus menjelma akuPenjelasan Sastrawan yang terkenal dengan karya Hujan di Bulan Juni ini, menawarkan cara mencintai dalam tulisannya. Termasuk cara mencintai seorang hamba pada Tuhan yang membutuhkan Indahnya Alam Negeri IniKarya Ronny MahariantoKicauan burung terdengar merduMenandakan adanya hari baruIndahnya alam ini membuatku terpakuSeperti dunia hanya untuk dirikuKupejamkan mataku sejenakKurentangkan tanganku sejenakSejuk, tenang, senang kurasakanMembuatku seperti melayang kegiranganWahai pencipta alamKekagumanku sulit untuk kupendamDari siang hingga malamPesonanya tak pernah padamDesiran angin yang berirama di pegununganTumbuhan yang menari-nari di pegununganBegitu indah rasanyaBak indahnya taman di surgaKeindahan alam terasa sempurnaMembuat semua orang terpanaMembuat semua orang terkesimaTetapi, kita harus menjaganyaAgar keindahannya takkan pernah sirnaPenjelasan Penulis menceritakan keindahan alam Indonesia yang menawarkan berbagai pemandangan. Keindahan bisa disaksikan tiap hari mulai membuka hingga menutup mata. Penyair juga mengingatkan pentingnya menjaga keindahan Kicau BurungIlustrasi kicau burung dari burung murai. Foto Uje Hartono/detikcomKicau burung yang menyusup lewatsela daun mangga bersama hangatnya mentari pagiadalah sebuah misteripada siapa rindu kubagiKicau burung yang menggetarkan ibakudaun terbang entah kemanaadalah sebuah dukayang tertinggal dari kibasansayap lukanyaPenjelasan Karya ini menceritakan dualisme pagi yang membuka peluang sekaligus kesedihan. Peluang sudah selayaknya dihadapi dengan rasa positif, namun kesedihan kerap kali membawa MelupakanIlustrasi planet Bumi. Foto NASABertambah panasnya dunia inisemakin tak terasa sejuknya anginsemakin tak terdengarnya kicauan nyanyian alamsemakin hilang jernihnya air sungaihanya keringat manusia serakah yang sering menetesdi bumi ini semakin keringnya tanah yang dia pijaktak ada lagi pohon yang tumbuhhanya gedung yang sanggup bertahan saat iniKemana manusia yang dulu merindukan kesejukan dan kedamaian?kini hilang, melupakan keheningan dan kesejukanudara bersih...tidakkah manusia merindukan itu semuaSadarlah manusia serakah, masih banyak pekerjaanyang tidak harus merusak tempat tinggalmu sekarangbumi ini rumah kita bersamajaga dan rawatlah rumah kita Puisi ini menceritakan perubahan alam akibat kelakuan manusia. Alam dieksploitasi sedemikian rupa hingga tak lagi jadi rumah bagi seluruh makhluk hidup. Hanya menunggu waktu, hingga alam murka pada Puisi AlamKarya RevoHutan bambu. Foto Getty ImagesLihatlah hutan kita iniSedikit habis oleh orang-orangYang tidak memikirkan masa depanDia mementingkan pribadi tanpa peduliLewat puisi alam ini aku bertanyaLewat curahan kata aku bicaraIndahnya tanahku di atas negeriRibuan pulau menyapa senyum bijaksanaIndonesia tercinta tetumbuhan menghijauAku lahir di siniDi tempat surgawiTanahku subur penjajah suka buahkuMereka berkelana dari kejauhanMereka datang berbondongAkhirnya mereka pergi dengan semangat alamPenjajah pergi, penjajah lenyapSekarang diri menjarah diriHutan kita habis berkepingSisa akar-akar yang suramSatukan jemari, beri yang lain pencerahanCukup tanam satu tunas sehatiAtau lindungi yang sudah merambahTanpa kau ketahui kau melestarikanJanin di masa mendatangSengaja gambar ini terpampangSengaja gambar ini tersimpanAgar kita mengerti takkan ada lagi yang asriKalau kita tak peduliPenjelasan Penyair dalam karyanya mengungkapkan rasa sedih akibat hutan yang terus habis. Lebih sedih karena penjarah hutan adalah bangsanya sendiri yang tidak peduli pada kelestarian dan keseimbangan Bara HatiApi membara karena dikipasPanas menyengat hewan melataTambang dicari hutan dilibasHasilnya dibagi tidak merataKalau ingin melanglang buanaJangan memandang fatamorganaLingkungan rusak dimana-manaKesadaran manusia hanya wacanaKapal berlayar tanpa muatanDiiringi music orkes simponiBumi merana kehabisan hutanTanam pohon hanya seremoniPasang tenda memakai pasakTenda dibangun untuk pajanganPemerintah sadari lingkungan rusakTanam pohon buru penghargaanHobinya bikin mainan sawahBuat ngusir hama tanamanMobilnya sih mahal dan mewah,Buang sampahnya kok Buang sampahnya kok sembaranganPenjelasan Dalam puisi ini, penyair prihatin pada kelakuan manusia terhadap alam. Manusia buang sampah sembarangan, menbang pohon, serta mengutamakan kepentingan pribadi padahal tahu risiko dari Sejuk TenangSejuk tenang di pegunungan. Foto ANTARA FOTO/Aloysius Jarot NugrohoKicauan burung terdengar merduMenandakan adanya hari baruIndahnya alam ini membuatku terpakuSeperti dunia hanya untuk dirikuKupejamkan mataku sejenakKurentangkan tanganku sejenakSejuk, tenang, senang kurasakanMembuatku seperti melayang kegiranganWahai pencipta alamKekagumanku sulit untuk kupendamDari siang hingga malamPesonanya tak pernah padamDesiran angin yang berirama di pegununganTumbuhan yang menari-nari di pegununganBegitu indah rasanyaBak indahnya taman di surgaKeindahan alam terasa sempurnaMembuat semua orang terpanaMembuat semua orang terkesimaTetapi, kita harus menjaganyaAgar keindahannya takkan pernah sirnaPenjelasan Rasa syukur seolah membersamai penyair saat menulis karya ini. Keindahan alam masih terbayang meski penulis memejamkan matanya. Tentunya keindahan bisa dinikmati bila ada upaya penjagaan dari BumiKarya Erista Laili kau begitu hijau menawanPohon pohon sangat rindangBurung burung terbang melintasi awanNamun apa dayaDulu kau yang hijau menawanSekarang kau penuh dengan sampahSungguh tak enak dipandang oh bumikuSeandainya kau masih seperti dahuluHijau sejuk sejauh mata memandangPasti akan ku jaga bumikuSupaya anak cucuku bisa menikmati keindahanmuPenjelasan Dalam karyanya penulis mengungkapkan rasa sesal pada perubahan buruk bumi. Saat ini bumi menjadi penuh sampah, tidak sejuk, dan tak enak dipandang. Penulis juga menegaskan tekah menjaga keindahan SenjaKarya Arinal KhusnaSunset di kaki Gunung Ranai Foto detikSenja yang kau kirimkan sudah kuterimaKu kira sudah lengkapLengkap dengan bau laut dan desir anginJuga suara ombak yang memecah pantaiAku pun tahuSenja yang paling indah pun akan berakhir dengan menyedihkanKetika segalanya menjadi siluetLantas menyatu dalam kegelapan Kita pun sama sama tahuKepastiannya untuk selesai dan menjadi malam dengan kejamMenjadi kehitaman yang membentang sepanjang pantaiHitam, sunyi dan kelamPenjelasan Senja dalam puisi dilukiskan sebagai awalan malam yang sunyi dan gelap. Penulis mengidentikkan malam yang hitam dengan kesedihan dan kepastian layaknya penghujung Lukisan tentang LangitKarya Rahmannisa MufarrahLangit yang kelabu itu membawa kamu datangHujan yang deras membawamu pergiHadirmu hanya sebuah kiasAnehnya aku baru menemukan kilas yang justru memberi bekasNamun hitammu masih pekatSeperti tak ada warna yang cukup pantasTak terkecuali warna yang ku punyaAnganku menyerahAku baru menyadariBahwa langit adalah kelamIa berlari tanpa tujuanHingga menyerah dalam permainan semestaTakdir terus berjalanHingga sosok lain pun datangSosok yang menghangatkan Sekali lagi sang kelam menyerahMemberikan takdir memainkannyaPenjelasan Puisi ini seolah menceritakan rasa pasrah penulis. Kepasrahan muncul setelah sibuk berlari tanpa tujuan, hingga akhirnya menyerah. Perasaan ini dianalogikan dengan malam yang gelap dan Laut dan KeindahannyaKarya Siska Ayu NoviantiKeindahan laut Pantai Balanan, Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur. Foto ANTARA FOTO/BUDI CANDRA SETYALautan yang jernih dan tenangDiperindah dengan deburan ombakDi balik terumbu karang yang cantikIkan-ikan bergurau riangTanaman bergerak mengikuti arusIkan berenang dengan ceriaBurung berkicau melewati lautan biru bercahayaKilauan cahaya matahari terbenamMembuat mata terpanaUdara yang sejuk menambah suasanaManusia yang melihat sangat terpesonaBetapa eloknya laut kitaPenjelasan Pesona laut yang mengundang decak kagum diceritakan penulis dalam karya ini. Makhluk yang hidup di dalam maupun sekitar laut menjadsi sumber keindahan laut dengan airnya yang setidaknya empat langkah atau cara yang perlu diperhatikan dalam menulis puisi tentang alam. Berikut caranya dikutip dari situs PersiapanCara atau langkah pertama dalam menulis puisi tentang alam adalah persiapan. Dalam hal ini, penyair harus mencari bahan-bahan atau sumber tulisan yang dapat digunakan. Persiapan dapat dilakukan dengan pengayaan materi, mencari momen puitik yang menyentuh perasaan, dan InkubasiSetelah bahan-bahan terkumpul, ada tahapan inkubasi atau pengendapan materi. Tahap ini dilakukan sambil melakukan proses penyusunan IluminasiKetika semua bahan yang dikumpulkan telah siap untuk dibuat ke dalam tulisan, cara selanjutnya yang perlu dilakukan adalah iluminasi atau perwujudan. Pada tahap ini, semua ide yang telah diorganisasi dituangkan ke dalam bentuk VerifikasiTahap terakhir dalam menulis puisi tentang alam adalah verifikasi, tahap yang menilai apakah suatu karya layak dipublikasikan atau tidak. Untuk menentukan kelayakan ini, penulis perlu melakukan tahapan revisi atau perbaikan-perbaikan tertentu dengan cara peer-review atau meminta masukan dari 21 puisi tentang alam beserta contohnya. Semoga artikel ini memberikan Anda gambaran lebih jelas terkait puisi tentang alam, ya! Simak Video "Pesona Wisata Sumenep Pantai, Sejarah, dan Tradisi" [GambasVideo 20detik] des/row
Kumpulanpuisi puisi cinta, puisi rindu, puisi tentang cinta, puisi romantis, puisi pahlawan, puisi bijak, puisi indonesia, contoh puisi, makna puisi ibu puisi ayah kata kata puisi motivasi, Puisi Islami, puisi religi, Puisi Kehidupan, Puisi Malam, Puisi pagi, puisi senja, puisi sedih, puisi alam, sajak, puisi hikmah, puisi bijak, puisi naratif, puisi indah dan menarik menyentuh hati

- Kali ini kita akan menyimak contoh puisi bencana alam gempa bumi, Adjarian. Puisi merupakan salah satu ragam karya sastra. Karya sastra satu ini erat kaitannya dengan ungkapan imajinasi, emosi, ide, pemikiran, kiasan, hingga kesan pancaindra. Dalam pembuatannya, seorang penulis puisi harus mempertimbangkan aspek-aspek bunyi serta pemilihan kata atau diksi. O iya, pembacaan puisi pun menggunakan teknik tertentu hingga dapat membangkitkan emosi atau pengalaman dalam diri pendengar dan penbaca. Terdapat dua jenis puisi, yaitu puisi lama dan puisi modern. Puisi lama cenderung terikat pada beberapa kriteria seperti rima, irama, dan jumlah baris, sementara puisi baru tidak. Kita dapat membuat puisi dengan mengangkat berbagai macam tema seperti keindahan alam, bencana alam, musik, ibu, ayah, sampai isu-isu dalam kehidupan. Nah, berikut satu contoh puisi bertemakan bencana alam gempa bumi. Simak, yuk! Baca Juga Pengertian Puisi dan Unsur-Unsur Pembentuk Puisi Gempa Bumi

14contoh puisi tentang keindahan alam indonesia dari desa, pegunungan, sawah, pantai dll. Hingga penyebab bencana alam itu sendiri. Populer 33+ Contoh Puisi Tentang Gunung 5 Bait
Origin is unreachable Error code 523 2023-06-16 103530 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d826764e8370e50 • Your IP • Performance & security by Cloudflare
Menanggungpilu sambil tertatih. Anak-anaknya nakal semua. Biar dimarahi tapi tak pernah jera. Puisi tentang alam : bunga yang sedang bermekaran. Image courtesy of num skyman - Puisi Tentang Bencana Alam – Bencana adalah salah satu fenomena alam yang sudah pasti menimbulkan banyak kerugian, baik dari segi materi, kerusakan hingga melayangnya nyawa banyak orang. Jenis-jenis bencana alam pun juga beraneka ragam, dan notabene ditakuti semua orang, sebut saja seperti bencana kecil layaknya banjir, angin kencang, tanah longsor hingga bencana besar seperti gempa bumi dan Tsunami. Tidak jarang pula berbagai bencana menimpa tanah air kita, sebut saja bencana Tsunami tahun lalu di Palu, yang merenggut banyak nyawa serta kerugian yang jumlahnya tidak sedikit. Kendati demikian, Bencana hanya menyisakan luka, duka, kesedihan serta kesadaran manusia yang datang terlambat, baik kesadaran atas takdir, maupun cobaan yang diakibatkan oleh ulah manusia itu sendiri. Untuk mengekspresikan atau mengenang tentang bencana alam, di bawah ini telah terangkum beberapa Puisi tentang Bencana Alam Tsunami, Gempa bumi, banjir dan lainnya. Puisi sedih untuk korban bencana di bawah ini saya ciptakan untuk mengenang mereka yang wafat dalam fenomena tersebut, termasuk penggambaran kesedihan dari orang yang ditinggalkan sanak saudara. Fenomena Banjir merupakan peristiwa dimana air sungai meluap, yang disebabkan oleh hujan deras dalam waktu cukup lama, sehingga badan sungai tidak mampu menampung arus air yang datang dari hulu, maupun dari tempat/daerah itu sendiri. Dampak banjir akan sangat terasa bila genangannya telah memasuki rumah warga, yang menyebabkan mudahnya terkena penyakit, sehingga akan banyak dari mereka yang mengungsi. Salah satu penyebab banjir adalah kurangnya perhatian masyarakat mengenai kebersihan sekitar sungai, terutama soal sampah. Sehingga bila banjir telah datang, yang ada hanya mengeluh dan rasa penyesalan. Dan untuk mengekspresikan kesalahan manusia tersebut, serta untuk menyadarkan diri sendiri maupun sekitar, luapkan dengan kumpulan Puisi tentang bencana alam banjir di bawah ini Rintih Bermain Air Anak kecil disamping rumah, Dengan ceria bermain air, Menyepak dan menyembur, Berlari dan berenang. Awalnya aku terpukau, Tapi kenyataan berkata lain, Mereka sejatinya tengah merintih, Tertawa dalam tangisan. Pedih, mengiris dan duka, Penyakit mengintai mereka, Berada di sekeliling mereka, Bahwa itu adalah bencana. Bersabarlah sayang, Maafkan Mereka, Jadilah anak yang setia, Untuk menjaga alam semesta, Kala kau beranjak dewasa. Jangan kau sesali, Aku tahu kau belum mengerti, Aku paham kau masih buta dan tuli, Namun inilah yang terjadi, Jadikan cobaan alam sebagai penyadar diri. Ketika Sungai Berang Setiap pagi kau mandi disana, Begitu pula sorenya, Bila masa kau libur, Puluhan helai kain kau cuci, Hingga pulang menyisakan buih. Namun, sampah itu kau biarkan, Mengalir dan terus mengalir, Hingga menyumbati alirannya, Sampai masanya kau sadar, Bahwa air telah berang. Jangan kau sesali, Sesungguhnya ada suatu muak, Rasa sabar yang habis, Tertelan keegoisan manusia, Tanpa ada peduli dan mau menjaga. Rasakanlah, Kala genangan membuatmu sulit, Untuk berpijak dan melangkah di rumah. Belajarlah, Bahwa apa yang tanah, Itulah yang kan dipetik. Ketika air sudah berang, Meluluhlantakkan yang dilewati, Menghancurkan yang diterpa, Hingga bisanakan yang kau sayangi. Belajarlah. Sore ini, hujan begitu deras, Menghantam bumi dengan ganas, Sementara di seberang jalan, Beberapa anak menari ceria, Menikmati anugerah Yang Kuasa. Padahal, cerita berakhir lain, Di kala hujan reda, Perlahan genangan mengalir jauh, Tanpa komando tanpa patuh, Tanpa iba menghajar yang rapuh. Bagaimana tidak, Tempatnya berlalu telah tertutup, Sebab watak manusia yang enggan, Memberi perhatian terhadap selokan. Maka dari itu, Tak perlu tangisi yang terjadi, Jangan sesali kenyataan ini, Semua takkan terjadi, bila manusia peduli. Hingga hujan tiba lagi, Genangan masih mengepung, Mencuri seisi rumah, Menghanyutkan secuil gairah, Dari mereka yang mengharapkan sepercik cerah. Kurangnya Terima Kasih Tuhan mempersembahkan semua, Tanpa meminta balas jasa, Lalu kenapa banyak yang berdusta, Tidak mensyukuri nikmat dari-Nya ? Tak henti manusia merusak, Mencemari air dengan membabi buta, Seakan tanpa memperdulikan akhlak, Hanya mementingkan hasrat bejatnya. Sampah, dan kerusakan ekosistem sungai, Tak bisa dihenti dan diderai, Kekeruhan air terus melukai, Keseimbangan alam menjadi kacau. Kurang apa lagi? Ya, kurangnya terima kasih, Sesaat setelah sungai meluapkan amarah, Menembus dinding memasuki rumah, Kau malah mencari siapa yang salah. Tanpa mau bercermin karena ulah. Kurangnya rasa syukur, Hingga saat tanahmu hancur, Bumimu melebur, Hanya air mata yang terguyur, Belajarlah, sadarlah. Terabaikan Air terus mengalir, mengikuti arusnya, Anak kecil riang gembira, Melompat dengan hati bahagia, Dengan temannya mengukir cerita. Sementara di seberang sana, Keserakahan manusia semakin nyata, Hancurkan alam sambil tertawa, Menguras habis sungai dan kekayaannya. Anak kecil tadi hanya merenung, Bertanya-tanya dalam hati, “Apa yang dilakukan mereka?” “Kenapa air sungai selalu keruh?” Lanjutkan saya berenangmu. Semua terabaikan dengan jelas, Hanya luka yang hadir membekas, Terpaksa menahan sembari ikhlas, Tunggulah Tuhan memberi balas. Puisi tentang Bencana Alam Tsunami Siapa sih yang tidak kenal Tsunami, terutama yang lahir di bawah tahun 2000-an, setidaknya mereka mengingat bagaimana dahsyatnya Tsunami yang menghantam Provinsi Aceh tahun 2004 silam, yang menewaskan ribuan orang. Yap, Tsunami adalah bencana alam yang terjadi dimana air laut menciptakan gelombang ombak yang besar, sehingga menyapu wilayah disekitarnya dalam jarak yang luas. Tidak tanggung-tanggung, gelombang tsunami akan menghancurkan apapun yang dilaluinya, mulai dari pemukiman warga hingga gedung-gedung tinggi sekalipun. Sehingga, yang tersisa selepasnya hanyalah tangisan. Peristiwa Pilu ini sebenarnya telah terjadi beberapa kali di Indonesia, dimana bahkan puluhan ribu nyawa telah melayang. Kesedihan yang tak terbendung akhirnya membekas di hati seluruh rakyat di tanah air. Nah, di bawah ini, telah saya rangkum beberapa Puisi tentang bencana alam Tsunami untuk kamu, baik yang pernah menjadi korban maupun tidak. Silakan di baca Gelombang Amarah Aku mendengar, ribuan isak tangis, Aku menyaksikan, muka-muka penuh haru, Aku melihat, anak kecil menukik mencari ibunya, Aku tersentuh, kala menyentuh tangan mereka berdebu, Tak terasa, air mataku mengalir jatuh. Mereka meronta, mereka belum siap, Menerima memori yang senyap, Ketika gelombang laut menghantam daratan, Kemana hendak berlari? Kemana akan sembunyi? Pilu, begitu menyayat hati. Mayat-mayat bergelimpangan, Tak jelas status dan asalnya, Begitu luka mencabik asa, Jutaan do’a terkirim sudah, Dari seluruh penjuru dunia. Ya Allah, begitu berat cobaan ini, Begitu menangis negeri ini, Atas sisa yang diciptakan Tsunami, Meninggalkan luka yang ternaung sepi. Ya Allah, maafkan mereka, Maafkan jasad yang terdampar, Maafkan mayat yang tercerai, Maafkanlah negeri ini, Hanya pada-Mu, Yang Maha Pemberi. Melebur Asa Semua berubah, Setelah ombak itu menggulung, Menghantam dalam-dalam, Menitip luka pada relung. Semua jadi berbeda, Selepas gelombang melanda, Meluluhlantakkan semua cerita, Yang tertinggal hanyalah do’a. Semua menghilang, Sesudah laut Tuhan murka, Menyuruh mereka untuk pulang, Serta meleburkan secercah asa. Semua terlihat murung, Menikmati pilu yang dirudung, Menyirnakan seluruh impian, Yang indah di masa depan. Semua mengutuk diri, Atas apa yang telah terjadi, Hanya ratapan penggetar bumi, Dari tanah Ibu Pertiwi. Oh, Tsunami. Teman, Kamu Dimana? Kukunjungi rumahmu, Tapi yang terlihat malah jalan buntu, Kamu dimana ? Aku merindukanmu, sobatku. Kucari ke sudut sana, Yang terlihat hanya sisa-sisa puing, Bangunan yang terkeping-keping, Apa yang terjadi disini? Kucari ke sudut satu lagi, Aku menemukan seorang anak, Yang meratapi seonggok mayat, Sambil terus meneriakkan “ibu…ibu…”. Kucari ke sudut jauh, Ratapan kian terdengar jelas, Apa yang sebenarnya terjadi? Apa apa dengan negeri ini? Lantas, kamu dimana, teman ? Aku jauh datang kemari ingin berjumpa denganmu, Aku hendak mengulas balik kisah lalu, Tentang cerita persahabatan kita dahulu. Aku terus mencarimu di sela-sela reruntuhan, Tapi tak kunjung ada jawaban, Sudahlah, yang tersisa hanya pelajaran, Untuk tawakkal dan selalu bersabar. Selamat tinggal, teman, Aku pulang. Amarah Laut Sore, di pantai itu, Anak-anak bermain ria, Senang dan bergembira, Dengan teman-teman sebayanya. Tak ada yang asing, Semua seperti hari biasanya, Mereka berkumpul kala sore tiba, Mengisi jerah hari dan letih jiwa. Namun entah mengapa, Laut mengeluarkan amarahnya, Gelombang besar terbentuk jelas, Menghantam daratam dengan ganas. Bagaimana tidak, Amarah yang besar itu, Menyapu rata tanpa permisi, Menggulung apa yang dilalui. Oh Laut, Apa salah kami? Oh Tuhan, Maafkan kami. Tangisan Negeri Negeriku kembali menangis, Berlinang air mata jatuh ke tanah, Menyaksikan gelombang laut yang bengis, Menenggelamkan sebagian wilayah. Negeriku kembali berduka, Sebab apa yang tengah melanda, Silih berganti lara dan derita, Menghampiri tanah air tercinta. Negeriku kembali bersedih, Cobaan demi cobaan mengiris pedih, Bercerainya cinta dan kasih, Entah kapan akan kembali pulih. Tuhan, Maafkan Kami, Kembalikanlah keceriaan negeri ini. Puisi Bencana Alam Gempa Bumi Bangunan yang Roboh akibat Gempa Bumi Fenomena gempa bumi adalah bencana alam yang terjadi karena dua hal paling umu, yakni letusan gunung merapi gempa vulkanik dan pergeseran lempeng di dalam laut gempa tektonik. Untuk gempa tektonik, inilah jenis yang menimbulkan bencana Tsunami, karena ledakan terjadi berpotensi mengangkat air laut dan kemudian menimbulkan gelombang yang besar. Sama seperti jenis bencana lainnya, seperti Tsunami dan Banjir, kerusakan yang diakibatkan gempa bumi juga tidak tanggung-tanggung, apalagi jika kekuatan yang dihasilkan cukup tinggi. Misalnya yang terjadi di Kepulauan Mentawai 2 Maret 2016 dan tahun lalu di Lombok 5 Agustus 2018. Kerusakan yang dihasilkan cukup besar, mulai dari retak hingga runtuhnya rumah dan bangunan-bangunan tinggi. Selain kerugian materi, dampak gempa juga banyak menyisakan luka yang mendalam, karena tidak sedikit dari korban yang kehilangan anggota keluarga, sanak saudara, teman dan masyarakat dekat mereka. Untuk itu, dalam rangka mengekspresikan kesedihan yang dirasakan, di bawah ini telah saya rangkum beberapa Puisi tentang bencana alam gempa bumi di Indonesia untuk kamu semua Bumi Bergetar Ketenangan malam, Yang dingin dan mencekam, Lampu kamar mulai padam, Berbaring dengan mata terpejam. Belum lama raga melayang, Aku tersentak dengan tegang, Merasakan bumi yang berguncang, Kuberlari terluntang-luntang. Bumi terasa amat menakutkan, Dingin dan pucat menyelimuti badan, Ke luar rumah, dari dalam ruangan, Meluluhlantakkan segenap kedamaian. Bumi bergetar, alam menggelegar, Sejenak hilangnya suatu tegar, Membayangkan asa yang kan pudar, Bunga-bunga gagal mekar. Oh Tuhan, Ada apa dengan Bumiku? Apakah dia marah? Kenapa jadi sangar? Oh Tuhan, Maafkan Kami. Datang Tak Diundang Pagi itu, Cuaca begitu cerah, Sinar Surya bersinar sumringah, Hingga rasa dan selera tergugah. Kulangkahkan kaki keluar rumah, Menjemput rezeki dari Allah, Meninggalkan rasa untuk menyerah, Menuju masa depan yang cerah. Namun, tiba-tiba saja, Ada tamu tak diundang, Datang kala ku ditengah perjalanan, Bumi bergetar dan berguncang, Sontak mengagetkan umat waktu siang. Semua berlari terluntang-lanting, Situasi begitu genting, Panik, cemas dan takut, Bercampur aduk dalam satu waktu. Gempa bumi, Kau adalah tamu tak diundang, Tanpa isyarat dan tanda, Terpaksa kami menghadang, Meski akhirnya menyisakan luka. Simak Juga 10+ Puisi Taman Bunga Tertinggal Puing Kemaren, semua masih indah, Hidup tentram bersama alam, Anak-anak dan orangtua bercengkrama, Oh damainya, bumiku terkasih. Namun itu kemaren, Bukan apa yang terlihat hari ini, Hanya tersisa puing dan pecahan kaca, Akibat kejamnya gempa bumi. Tertinggal puing, Pedih menusuk relung, Tak sanggup menatap bangkai, Dari manusia yang tengah terbengkalai. Oh Tuhan, Betapa pedihnya cobaan ini, Tangisan dan ratapan hati, Enggan pergi dari dalam diri. Oh, Gempa bumi. Rintihan Anak Kecil Miris menyayat hati, Kala terdengar rintihan diri, Dari anak kecil yang berlari-lari, Mencari sosok ibu kesana-kemari. Betapa pedih merobek jiwa, Kala tangisan kian menggema, Aku pasrah mengelus dada, Atas pilunya realita yang ada. Wahai kawan, inilah cobaan diri, Tuhan menitipkan melalui gempa bumi, Sabarlah, relakan, kuatkan hati, Berserah dirilah pada Ilahi. Wahai teman, kau tak bersalah, Tak usah pula kau menyanggah, Sungguh Tuhan menyayangimu, Dan rencana dibaliknya yang indah. Bersabarlah. Melawan Air Mata Bagaimana lagi aku bersikap, Ditengah hari yang amat gelap, Bagaimana hendak aku kuat, Sedang cobaan begitu berat. Air mata yang tak sanggup kutahan, Menusukkan luka yang membekas, Mengkhayalkan gelapnya masa depan, Diantara puing dan mayat meranggas. Oh, betapa malangnya negeriku, Setelah gempa bumi mengirim pilu, Aku tersentak ditengah sendu, Menahan air mata yang begitu haru. Oh, air mata, berhentilah mengalir, Meski masa amat getir. Baca juga 7+ Puisi Tentang Virus Corona Puisi Tema Bencana Gunung Meletus Selain sebagai destinasi bagi para traveler yang menyukai tantangan ekstrim, gunung tidak selamanya menyajikan pemandangan yang indah, dibalik itu, keberadaannya juga bisa menimbulkan bencana alam yang dahsyat. Peristiwa gunung meletus memang tidak asing lagi ditelinga kita. Pasalnya, beberapa kasus tercatat dalam sejarah Indonesia, yang menceritakan kedahsyatan letusan dari berbagai gunung merapi di tanah air, misalnya gunung Krakatau dan Sinabung. Tidak hanya merenggut nyawa, efeknya juga bisa menimbulkan banyak penyakit pada kulit dan pernafasan, baik bagi manusia maupun ekosistem hewan dan tumbuhan, akibat dari abu vulkanik. Sesuai dengan judulnya, di bawah ini telah saya rangkum beberapa Puisi tentang Bencana Gunung meletus untuk kamu semua, silakan disimak Abu-mu Abu mu, Gelapkan siang, Butakan malam, Menghentikan langkah. Abu mu, Hantarkan penyakit, Memberi jangkit, Sulit dan amat pahit. Abu mu, Hauskan tanaman, Keringkan mata air, Mencuri ekosistem hewan. Abu mu, Kejam, sakit, pahit, Kau tak salah, Tak ada yang salah, Takdir sudah tertera. Tidak apa, Itu memang hakikatmu, Kami hanya bisa menahan, Dan menanti kapan waktunya akan tiba, Lagi. Memecah Hening Keheningan malam menghilang, Seketika kau pecahkan, Suara genderang perang datangkan, Perasaan cemas dan tegang. Aku tersentak dari mimpi, Dan bertanya, apa yang terjadi, Oh tidak, kau mulai beraksi, Memberi teguran pada setiap diri. Hai, gunung merapi, Suaramu begitu besar, Letusanmu amat menggelegar, Menyemburkan panasnya lahar. Hai, gunung kami, Kau bangunkan manusia di bumi, Dengan menghantam sunyinya sepi, Kala orang-orang merajut mimpi. Tak Kunjung Henti Lagi dan lagi, Hanya hitungan hari, Lagi dan lagi, Oh gunung merapi. Tak kunjung henti, Mengkhawatirkan seisi bumi, Mencemaskan bencana lagi, Belum siap mereka mati. Takkan padam, Ledakanmu selalu mengiris hati, Letusanmu hancurkan asa diri, Sungguh, ini sangat tajam. Tak meredam, Menyerang tak kenal siapa, Siang maupun malam, Yang tersisa hanya luka yang merajam. INFO REKOMENDASI Lalu, bagaimana cara mengajak Manusia untuk melestarikan Alam, silakan simak Kumpulan Puisi Tentang Lingkungan Bersih ini. Penutup Demikianlah, ulasan kali ini mengenai Kumpulan Puisi tentang Bencana Alam Tsunami, Banjir, Gempa Bumi dan Gunung Meletus. Semoga artikel ini bisa bermanfaat, terutama dipersembahkan bagi korban bencana alam ataupun tanpa simpatisme kamu. Ref dmn2.
  • ljh48h9nj1.pages.dev/194
  • ljh48h9nj1.pages.dev/270
  • ljh48h9nj1.pages.dev/214
  • ljh48h9nj1.pages.dev/304
  • ljh48h9nj1.pages.dev/250
  • ljh48h9nj1.pages.dev/308
  • ljh48h9nj1.pages.dev/233
  • ljh48h9nj1.pages.dev/312
  • puisi bencana alam indonesia